Natal di Minahasa Gas 3 Kg Tembus 40 Ribu, Sidak Terkesan RD-Vasung Hanya “Main Mata” dan Seremonial?
MINAHASA – Jeritan warga Minahasa pecah menjelang perayaan Natal 2025. Ditengah kebutuhan yang memuncak, masyarakat miskin dipaksa menelan pil pahit akibat meroketnya harga gas LPG 3 kg yang mencapai Rp38.000 hingga Rp40.000 per tabung di tingkat pengecer. Angka ini hampir dua kali lipat dari harga normal, mencekik leher warga yang sedang bersiap menyambut hari raya. Selasa 23/12/2025.
Kekecewaan warga kian memuncak menanggapi aksi Inspeksi Mendadak (Sidak) yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Minahasa. Alih-alih membawa solusi, sidak tersebut dituding hanya formalitas belaka.
”Pemerintah datang hanya foto-foto di pangkalan resmi yang harganya normal, tapi coba lihat di warung-warung dan pasar, harganya liar. Sidak itu cuma sandiwara,” ujar seorang pedagang pasar yang meminta namanya dirahasiakan karena takut akan intimidasi.
Slogan “Natal Membawa Damai” terasa jauh bagi warga kelas bawah di Minahasa tahun ini. Damai tersebut terusik oleh “teror” harga sembako dan gas LPG 3 kg yang tak terkendali. di pasar-pasar tradisional, harga kebutuhan pokok melonjak tanpa pengawasan ketat, sementara gas subsidi yang seharusnya untuk warga miskin justru dipermainkan spekulan dengan harga mencapai Rp40.000.
Langkah Pemkab Minahasa yang turun ke lapangan dianggap tidak menyentuh akar masalah. Tanpa tindakan tegas dan sanksi bagi oknum penimbun atau pangkalan nakal, sidak pasar tak lebih dari sekadar agenda rutin akhir tahun untuk menggugurkan kewajiban, sementara rakyat tetap dibiarkan berjuang sendiri di tengah himpitan ekonomi.
Menjelang Natal, warga Minahasa tidak hanya dipusingkan dengan kenaikan harga sembako, tapi juga kelangkaan dan mahalnya gas LPG 3 kg yang menyentuh angka Rp40.000 per tabung.
Hasil pantauan di lapangan menunjukkan ketimpangan nyata antara klaim pemerintah dan realita di pasar. Seorang pedagang mengungkapkan bahwa harga di lapangan sudah tidak masuk akal, sementara langkah Pemkab melakukan sidak dianggap “tumpul” karena tidak memberikan dampak pada penurunan harga di tingkat masyarakat bawah.
(Cipi)






